Halaman
Disiplin, Percaya Diri, dan Tangguh Adalah Kunci Kesuksesan
Welcome
19 September 2008
KOMUNIKASI KEPEMIMPINAN EFEKTIF
1. Tipe Piranhaa
Mereka mengintimidasi dengan kekuatan yang mereka dapatkan. Biasanya menunjukkan kepribadian kuat dengan menemukan kelemahan yang bisa digunakan untuk keuntungan mereka. Mereka bisa tak kentara, namun juga tampil jelas bila terancam. Jika hal ini terjadi, mereka berubah menjadi pesaing yang kejam dengan banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan untuk digunakan menghadapi musuh-musuhnya. Temperamen yang sebenarnya bisa diLihat dari hubungannya dengan orang lain. Mereka bisa menyukai anda pada suatu saat, namun pada saat anda melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai, anda menjadi musuh. Telitilah pada saat mereka tidak tahu anda sedang memperhatikan untuk memperoleh pandangan sekilas mengenai sifatnya yang sebenarnya.
Mereka cenderung suka memberikan arah mengenai bagaimana sesuatu hendaknya berfungsi, bahkan pada saat tidak berada dalam posisi pemunpin. Bahkan ingin dan tidak menggunakan perintah dengan mudah. Tidak nampak mengintimidasi namun anda bisa terkejut mengetahui kemampuannya berjuang sampai titik terakhir. Mereka menjauhkan diri sampai mereka menginginkan sesuatu. Tipe piranha biasanya ingin menerima pengakuan publik atas apa yang mereka lakukan dan tidak suka berbagi pusat perhatian dengan orang lain. Umumnya tidak menjadi anggota tim yang baik jika tidak ada hal-hal yang menguntungkan bagi mereka.
Cara yang baik untuk menghadapi karyawan tipe piranha adalah dengan :
a. Lebih banyak mempelajarinya melalui pengamatan dan membicarakannya dengan orang lain secara hati-hati dalam cara yang bukan gosip.
b. Yakinkan bahwa anda memperlakukan diri anda dengan cara yang profesional dan jika memiliki sesuatu yang harus disembunyikan, sebagaimana yang dilakukan Anda, pastikan anda diperhitungkan,
c. Mengendalikan dorongan hati untuk berhadapan langsung dengan orang jenis ini jika anda tidak memiliki dukungan yang penuh. Jika anda melakukannya, pastikan menyadari metode pembalasan dendam mereka.
d. Mengatur emosi sehingga tidak menunjukan rasa marah, takut, resah, atau respon lain yang memberikan mereka gambaran bagaimana anda bereaksi, Mereka ahli dalam menemukan titik-titik kelemahan dan akan digunakannya menghadapi anda.
e. Tetap terfokus dan disiplin pada usaha dan teguh pada ketetapan hati anda,
f. Memperhatikan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dan metode yang mereka gunakan untuk memecahkan rnasalah.
2. Tipe Ular
Mereka merayap disekitar kita mencari cara-cara untuk mengganggu ketenangan rekan sekerja. Gosip dan kebingungan adalah sarana terbaik untuk membuat masalah. Mereka cerdik, licin, dan menarik, seperti teman-teman reptil mereka lainnya. Senang menikmati siasat yang jelek dan merusak pekerjaan orang lain sebagai sarana untuk memasukan gagasan mereka sendiri. Bahkan tidak pernah menunjukkan karakter sesungguhnya dan mampu beradaptasi dalam mencapai tujuan mereka sendiri. Berbeda dengan yang nampak agresif dan kuat, tipe ular tidak mudah dikenali karena mereka menyembunyikan sifat buasnya. Jika terancam, mereka menggunakan metode tersembunyi untuk bertindak. Sebagaimana tipe piranha, tipe ular menggunakan orang lain untuk mengerjakan pekerjaan kotor mereka namun dengan cara yang sangat samar. Mereka berbahaya dan ahli dalam memanipulasi situasi.
Tipe ular sangat sulit dideteksi karena mereka bangga dengan dirinya yang tetap low-profile, memperoleh kepribadian dan menutupi jejak mereka.
Cara-cara berhubugan dengan tipe ular adalah :
a. Jangan pernah memberikan terlalu banyak informasi kepada mereka, khususnya yang bersifat pribadi. Carilah tahu apa yang nampak dipermukaan. Gunakan waktu untuk meneliti dan berbicara dengan orang Iain yang mengenal mereka dengan baik.
b. Jika mereka terlalu banyak bertanya, hati-hatilah dengan jawaban anda, dan tanyakan padanya mengapa mereka ingin tahu informasi tersebut
c. Peringatkan teman-teman anda mengenai orang ini dan mintalah mereka meneliti dan memberikan anda umpan balik.
d. Jangan menghadapinya secara langsung jika anda tidak memiliki informasi yang menentukan. Tanpa informasi tersebut, mereka bisa berpaling pada anda dan membuat masalah. Merka bisa membuat anda kelihatan buruk jika infonnasi anda tidak mendukung.
e. Jangan memberikan mereka sesuatu yang bisa digunakan untuk menentang anda. Hati-hatilah dengan orang yang terlalu akrab dan tertarik dengan apa yang anda lakukan.
f. Jangan lengah meskipun mereka terbuka. Mereka meninabobokan anda dengan rasa aman yang palsu sehingga mereka bisa belajar dari anda.
3. Tipe Gurami Merah Muda :
Tipe gurami merah muda juga dikenal dengan nama lain "kissing-fish". Mereka membuka rahasia pada setiap orang dan suka sekali menjilat atasan. Merendahkan orang lain agar mengangkat kemampuan mereka sendiri. Senang-membual dan sangat menyadari keadaan. Mereka juga menghabiskan waktunya untuk mempertahankan penampilan. Orang-orang ini memiliki rasa tidak aman yang mendorong keinginan mereka untuk menang, sepanjang orang lain kalah. Tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki jika orang lain memiliki lebih banyak.
Tipe gurami merah muda terkenal sebagai anjing penjaga suatu organisasi. Mencari informasi yaug bisa mereka gunakan untuk memperoleh persetujuan. Tidak bisa dipercaya dan akan mengintai disekitar sesuatu yang bersifat pribadi. Kepentingan mereka adalah melayani diri sendiri dan bisa merusak.
Cara-cara berhubungan dengan tipe gurami merah muda :
a. Amankan semua informasi pribadi dan yang terkait ketika anda tidak berada dimeja anda.
b. Jangan memberikan data yang bisa digunakan untuk melawan anda.
c. Perhatikan kepada siapa mereka seringkati berbicara dan hati-hati dengan kelompok pendukung mereka.
d. Pelajari motif mereka dengan tindakan yang mereka arnbil.
e. Perhatikan bahasa tubuh ketika anda berbicara dan mendengarkan jenis pertanyaan yang mereka ajukan. Biasanya mereka ingin tahu nama, tanggal dan tempat, dengan kata lain adalah keseluruhan cerita.
f. Tetap teguh dan profesional kepada mereka.
g. Jangan pernah melemparkan kritik kepada mereka.
h. Ungkapkan dengan cara seringkas mungkin apa yang anda katakan dan apa yang anda tulis. Bertahanlah sebagai pendengar yang akan mendukung sisi cerita anda jika anda berselisih dengan mereka.
i. Ketahuilah bahwa mereka tidak akan mengatakan yang sebenamya jika perlu untuk menyelamatkan muka mereka.
j. Jangan izinkan mereka masuk dalarn kehidupan pribadi anda.
4. Tipe Siput:
Mereka merayap dengan tenang, mengacaukan aktivitas perubahan. Lebih menyukai segala sesuatunya tetap tak berubah dan akan melakukan segala cara untuk mencegah agar perubahan tidak terjadi. Mereka pelindung status quo dan tidak fleksibel sudut pandangnya. Kepribadian tipe siput menyenangkan namun sangat ditentukan dalam sifatnya yang konvensional. Semangat kewirausahaan, inovasi, dan suatu bentuk restrukturisasi merupakan ancaman bagi eksisitensinya.
Cara-cara berhubungan dengan tipe siput adalah :
a. Singkirkan rasa takut mereka terhadap kehilangan dengan meyakinkan bahwa konstribusi mereka dihargai dan akan digunakan. Sadarilah faktor emosi yang membuat orang tidak membiarkan paradigma lama berlalu.
b. Gunakan kepemimpinan yang kuat untuk membuat inovasi dan kreativitas sebagai prioritas utama dan dihargai serta menguntungkan.
c. Bangunlah semangat tim agar mengembangkan kepercayaan dan integritas.
d. Tetaplah pada keyakinan anda jika cara yang lain lebih baik dan gunakan data yang mendukung untuk mempertahankan/pandangan anda. Memang sulit melawan fakta yang jelas
e. Gunakan pembentukan konsesus sebagai suatu strategi untuk mengakhiri jalan buntu dan carilah solusi kemenangan untuk semua jika memungkinkan.
5. Tipe Hiu :
Mereka menyerang orang lain. Memegang kendali dengan rasa takut dan intimidasi. Tipe hiu adaklah tipe yang jahat dan bisa menjangkau anda diluar perlindungan. Mereka biasanya terlibat dalam kontroversi dan seringkali merupakan orang yang pertama kali memulai permasalahan.
Cara-cara berhubungan dengan tipe hiu adalah :
a. Bedakan antara serangan dan pernyataan konstruktif. Seringkali sulit untuk tidak terpengaruh oleh kritikan kasar yang mereka gunakan untuk menjatuhkan. Konsentrasi pada apa yang berguna dan tidak memasukan kedalam hati apa yang menyakitkan bisa membantu mempertahankan penghargaan diri.
b. Jangan menunjukan rasa takut dan malu-malu. Mereka menekankan betul perasaan rendah diri ini. Sebaliknya, jangan bersifat menentang jika tidak bisa membuatnya mundur, mereka akan berhenti sendiri untuk mempertahankan kekuatannya.
c. Tegaslah dalam mempertahankan diri anda dan tetap berpegang teguh pada bidang profesional, karena mereka ingin menarik anda ke masalah pribadi. Tetaplah menitikberatkan pada masalah tersebut dan mintalah mereka juga demikian.
d. Coba tetap tenang, gunakan imajinasi mental dan kendalikan diri anda agar tetap mantap.
e. Jangan membiarkan mereka mengambil posisi kuat kecuali jika tidak bisa dihindari. Posisi yang kuat meliputi tindakan menghambat pekerjaan dan menggusur ruang pribadi anda. Posisi tempat duduk bisa memperhalus keluarnya kekerasan verbal mereka.
f. Jika mereka mengancam, biar mereka tahu bahwa anda mesti meninggalkan ruangan dan jika mereka telah siap untuk membahas lebih lanjut, anda bisa kembali dengan baik. Jika mereka bersikeras agar anda tetap tempat tinggal ditempat, jangan menurutinya kecuali nada suara mereka berubah.
g. Gunakan penengah atau orang lain yang mendukung untuk membantu mengatasi situasi tersebut.
h. Jika anda tidak tahan adalah bijaksana mencari pekerjaan lain karena pekerjaan itu tak bernilai bagi kesehatan dan kebaikan mental anda.
6. Tipe Ikan Mas
Mereka mengapung disekeliling kita dan tidak mau mengambil pendirian dengan tegas. Mereka beradaptasi dari satu situasi ke situasi lainnya yang bisa dipermainkan dengan mudah. Mereka melakukan apa yang mereka perintahkan, namun sangat sukar meminta mereka mengemukakan inisiatifnya. Mereka biasanya lebih suka diarahkan dan merasa sangat senang dengan situasi yang teratur.
Cara-cara berhubungan dengan tipe ikan mas adalah :
a. Buat mereka memikul tanggungjawab
b. Mintalah saran mereka.
c. Ajaklah mereka dalam diskusi dan berilah waktu untuk, rnenjawab.
d. Dengarkan untuk mencari tahu kata-kata yang umum mereka gunakan untuk menggambarkan diri dan kemampuan mereka. Mereka biasanya akan merendahkan bakat mereka dan memandang orang lain lebih penting.
e. Doronglah mereka untuk mengambil tindakan.
f. Bangunlah penghargaan diri mereka dengan cara berbagi bersamanya mengenai apa yang seharusnya mereka lakukan.
g. Hindari kritikan pribadi, hal ini akan menekan mereka semakin tenggelam menyembunyikan diri. Lebih baik menyebutkan bagaimana mereka bisa melakukan sesuatu dengan lebih efektif dan menekankan bagaimana membuatnya lebih berhasil.
h. Sabarlah dan tunjukan empati. Mereka biasanya khawatir tidak diterima.
7. Tipe Cavetetras Buta
Sesuai namanya, karyawan tipe ini tidak bisa melihat kenyataan disekitar mereka. Mereka hidup dimasa lalu atau menolak menerima lain. Mereka biasanya mengatur jalan mereka dan merasa sulit menyetujui orang yang berbeda dengan dirinya. Dalam suatu tim, mereka tidak mampu menghargai sudut pandang orang lain dan menyangkal jika diketahui tidak akurat.
Cara-cara berhubungan dengan tipe caveteras buta adalah :
a. Bahaslah apa yang mereka rasakan. Ini bisa mengungkapkan rasa takut dan rasa tidak aman yang tersembunyi, yang bisa membantu mereka melihat dunia
b. Gunakan kesabaran dan fakta untuk membantu mereka berhadapan dengan masalah.
c. Jangan terbujuk oleh pertahanan atau ucapan mereka. Mereka mncari jalan untuk mempertahankan posisinya.
d. Carilah orang yang mereka hormati untuk mengendalikan dan untuk menggambarkan situasi apa yang nampak sebenarnya jika mereka menolak berhadapan dengannya.
e. Bersahabatlah dan siaplah jika mereka membutuhkan.
8. Tipe Ikan Aduan
Mereka senang menciptakan suasana bermusuhan, bertahan dan siap berkelahi kapan saja. Kepribadian mereka nampak pada setiap detail. Bisa menantang dan agresif. Mereka memiliki bakat memperoleh informasi dan memanfaatkannya. Cepat marah dan sangat berhati-hati dalam komunikasi. Tujuan mereka adalah menemukan cara untuk membuktikan bahwa orang lain tidak mampu atau salah. Dalam pertemuan staf atau pemeriksaan proposal, mereka bisa curang dan tidak ramah.
Cara-cara berhubungan dengan tipe ikan aduan adalah :
a. Bersiaplah dan percaya dirilah dalam pekerjaan anda.
b. Atur emosi anda dan sadarilah bahwa dengan tetap tenang akan memberikan anda kekuatan.
c. Jangan rnentolerir kekasaran dan hadapilah mereka jika perlu, namun tetap profesional.
d. Jangan terlalu merisaukan keadaan sekitar terlalu serius, tetap optirmis dan antusias.
e. Carilah dukungan rekan-rekan lain yang bisa menyelesaikan usaha-usaha anda.
f. Gunakan fakta jika memungkinkan, namun siaplah dengan interpretasi dan analisis yang subyektif.
g. Mintalah pada kejelasan pada karyawan jenis ini dan buatlah mereka menemukan pertanyaan atau komentarnya daripada hanya bertahan.
h. Jangan minta maaf karena anda kurang pengetahuan. Jujurlah dalam menjawab. Integritas adalah suatu faktor besar dalam berdiri melawannya, khususnya didepan publik.
i. Ingat, mereka nampaknya sangat buruk ketika mengekspos diri mereka sendiri mengenai siapa mereka sebenarnya.
9. Tipe Angle-fish :
Mereka manis diluar, jahat didalam. Mereka menggunakan dua wajah yang bisa menipu anda untuk mempercayai. Kepribadiannya sangat merusak dan sulit dideteksi saat pertama kali.Mereka menyelidiki kelemahan orang lain dan tidak akan membiarkan kesempatan untuk dimanfaatkan orang lain. Tujuan utama mereka adalah memperoleh apa yang mereka inginkan dan tak satu pun yang akan menghentikannya. Mereka tahu bagaimana merayu orang dan memproyeksikan diri mereka kedalam cirra yang sesuai dengan tujuan mereka.
Cara-cara berhubungan dengan tipe angle-fish adalah :
a. Berhati-hatilah untuk orang "terlalu baik untuk benar". Mereka mungkin tulus hati, namun perhatikan dalam waktu yang lama untuk meyakinkan bahwa mereka adalah siapa yang mereka inginkan.
b. Hindari rayuan dan daya tarik mempengaruhi keputusan anda
c. Telitilah bagaimana orang-orang ini memperlakukan orang lain dan gaya hidup yang mereka punyai.
d. Bicarakan dengan orang yang kenal mereka dengan baik sehingga snda bisa mengembangkan ganbaran yang lebih pasti.
e. Mintalah teman atau rekan yang bisa dipercaya untuk memberikan pendapat mengenai mereka.
f. Perhatikan bahasa yang mereka gunakan dan cobalah melihat
bagaimana mereka memanipulasi anda dalam melakukan sesuatu.
g. Pahamilah dimana anda secara emosional dan nilailah betapa lemahnya anda membiarkan orang masuk kedalam pribadi anda dengan begitu cepat.
h. Suatu penngatan untuk berhati-hati ketika anda membayarkan uang atau melakukan sesuatu yang tidak sah atau kompromi dengan mereka.
i. Tetaplah berfokus pada jangka panjang dan bukan jangka pendek.
j. Ketahuilah jenis teman yang dipunyai dan tingkat hubungan mereka.
Sumber : Patricia Patton. 2000.
EQ Development from Succes to Significance
22 Agustus 2008
Belajar Bersyukur
Belajar Bersyukur |
Beberapa waktu lalu saya berkumpul dengan teman-teman lama saya. Seperti biasanya kami membicarakan mengenai pekerjaan, pasangan hidup, masa lalu, dan berbagai macam hal lainnya. |
15 Agustus 2008
Melatih Kemampuan Berbicara
Melatih Kemampuan Bicara
Tak hanya penampilan elegan. seorang profesional juga harus punya kemampuan bicara yang baik. setiap orang punya kemampuan itu, asalkan ia mau belajar. Bagaimana cara melatihnya?
Seorang profesional tidak hanya dilihat dari penampilan luarnya saja, tetapi juga dari tutur bahasa. Seringkali kita melihat cara bicara seseorang yang tidak menunjukkan dirinya seorang profesional. Apa yang perlu diperhatikan seorang profesional dalam bertutur kata?
PENGGUNAAN ISTILAH ASING
Dalam pembicaraan dengan relasi, seringkali kita menyelipkan istilah atau kata-kata asing. Seperti: “Schedule saya sangat tight, saya mohon sebelum bertemu kita membuat appointment dulu....” Etiskah bila seorang profesional menggunakan bahasa yang seperti itu? Dari segi etis sebaiknya kita menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Alasannya, bahasa Indonesia mudah dimengerti setiap orang. Kita bisa tetap menggunakan bahasa asing, jika memang sulit mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Hanya sebaik-nya kita menguraikan maksudnya.
Lain halnya, jika lawan bicara kita mampu berbahasa Inggris. Maka, kita pengunakan saja bahasa itu dalam percakapan. Toh, bahasa Inggris adalah bahasa Internasional. Bahasa slank dalam percakapan sehari-hari juga bisa digunakan. Tapi sebatas untuk humor guna mencairkan suasana supaya tidak tegang.
TEKNIK BERBICARA YANG BAIK
Bicaralah ramah pada setiap orang. Perkataan/artikulasi pun harus jelas agar tidak terjadi miscommunication. Perhatikan pula pemilihan kata. Meski bertujuan baik, jika salah berkata-kata maka tujuan itu tidak akan tercapai. Lakukan kontak mata pada lawan bicara.
Saat bicara dengan atasan, usa-hakan fokus. Bicara seperlunya, Jangan ngelantur sehingga intinya malah tidak jelas. Kalau atasan memancing kita membicarakan masalah personal seorang rekan sekerja, sebagai bawa-han yang profesional sebaiknya kita berbicara diplomatis. Jangan menjelek-jelekan rekan kita.
TEKNIK BERBICARA DI DEPAN UMUM
Berbicara di depan umum bukanlah soal bakat. Kemampuan itu bisa dilatih. Seorang pendiam bisa tampil memikat di depan umum, asalkan ia mau belajar. Miliki kepercayaan diri. Kuasai bahan pembicaraan. Beberapa hal lain yang perlu diperhatikan:
Tunjukkan antusias terhadap situasi dan pendengar.
Lakukan kontak mata 5-15 detik, dan tatapan kita pun harus bekeliling bukan pada satu orang saja. Jadi, semua orang merasa diajak berbicara.
Perlihatkan senyuman agar lawan bicara fokus pada kita.
Sisipkanlah humor, karena humor akan menghilangkan kejenuhan. Hindari humor yang berbau porno.
Fokus pada pembicaraan. Tidak perlu memperlihatkan semua wawasan yang kita punya, karena akan menunjukan kita sok pintar.
Berikan pujian yang jujur pada orang lain, tanpa menyimpang dari maksud.
TEKNIK BERBICARA PROFESIONAL
Seorang profesional perlu mengenal teknik presentasi yang efektif, seperti yang disebutkan diatas. Ada tiga faktor penting lainnya:
Faktor verbal, 7 %. Menyangkut pesan yang kita sampaikan termasuk kata-kata yang kita ucapkan
Faktor vokal, 38 %. Intonasi, penekanan, dan resonansi suara.
Faktor visual, 55 %. Penampilan kita.
Jadi, jangan menyepelekan penampilan dan suara, sehingga orang yang mendengarkan tidak bosan. Kita harus pintar mengaturnya sehingga menciptakan suasana yang “hidup” dan dinamis.
TEKNIK MEMBUKA DAN MENUTUP PEMBICARAAN
Untuk mengawali suatu pembicaraan, adakanlah small talk, seperti mengucapkan selamat pagi, siang atau malam. Untuk memancing perhatian pendengar, lemparkan joke ringan. Setelah itu baru ke topik utama. Akhiri pembicaraan dengan ilustasi dan summary hasil pembicaraan di dalamnya. Jadi, jangan bicara dari A sampai Z, sebaiknya diringkas sehingga orang mengerti dan tidak melupakan pesan atau intisari pembicaraan.
BISA DIPELAJARI
Berbicara atau berkomunikasi secara profesional menuntut kesiapan tiga hal. Pertama wawasan atau materi yang kita sampaikan, kedua cara penyampaian yang meliputi gerak, intonasi suara, dan penekanannya, ketiga penampilan kita. Semua itu bisa kita pelajari asalkan kita mau. Milikilah motivasi untuk maju dan berkembang. Kita pasti mampu mencapai keberhasilan yang diinginkan.
08 Agustus 2008
Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan (Leadership)
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan Tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama. Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi.
Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
Kedua, seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
a). Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
b). Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
c) Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
d) Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
e) Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Ketiga, kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
2. Model-Model Kepemimpinan
Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.
Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.
Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.
Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.
(a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominan dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970). Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation" (Stogdill 1970).
Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan.
Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan
adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studistudi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.
Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.
(c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations).
Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya.
Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya.
(d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).
Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).
Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).
Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan). Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada.
Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.
(e) Model Kepemimpinan Transformasional
(Model of Transformational Leadership) Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.
Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.
Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or going beyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.
Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu.
Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.
Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme.
Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas.
Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).
Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership).
Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan.
Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya.
Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan praktekpraktek organisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasal dari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran.
Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan baru. Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.