Halaman

Disiplin, Percaya Diri, dan Tangguh Adalah Kunci Kesuksesan

Welcome

Living with Integrity (Memercayai,Mengatakan dan Melakukan yang Benar sesuai Panggilan Allah)

04 April 2012

BELAJAR DARI LANGIT

Alkisah ini dilontarkan oleh seorang mahasiswa yang letih menghadapi salah seorang dosennya selama di mengikuti perkuliahan di salah ssatu universitas. Setiap kali berjumpa dengan sang dosen hatinya jengkel dan dongkol. Padahal seorang dosen seharusnya memberikan teladan dan dukungan bagi mahasiswa yang sedang menuntut ilmu dan mempersiapkan diri dengan baik untuk menyongsong masa depan. Namun apa yang terjadi? Si mahasiswa tidak mendapat bimbingan semestinya. Kalau ada kesalahan dia dicerca dan dicela. Seakan-akan sang dosen selalu benar dalam dirinya. Ternyata mahasiswa memiliki mental baja menghadapi sikap si dosen. Selagi dia benar, dia tidak gentar dan mundur. Dia berpegang pada prinsip dan ingin menyelesaikan tugas belajar dengan baik. Dia tahu kekuatan dan kelemahan di dalam dirinya. Soalnya setiap hari sebelum kekampus dia bercermin diri. Berbeda dengan si dosen yang menempatkan diri pada posisi yang seakan-akan selalu benar dan harus dipatuhi. Ternyata si dosen termasuk type manusia yang ’’High Level of dominance” Dia selalu ingin memimpin. Keputusan harus keluar dari mulutnya. Tak pernah mau mengalah atau mengaku kesalahan. Kesalahan bawahan yang terus diburu. Seakan-akan dia bersih dan tidak bercela dalam menangani permasalahan mahasiswa. Konon biasanya,selepas dari jabatannya sebagai dosen manusia tipe ini akan sering menatap hampa, meneteskan air mata dan merasa kehilangan sesuatu yang sebenarnya tak perlu disesali. Akhirnya dia mengakhiri hidupnya dalam kehampaan. Si mahasiswa tidak cepat putus asa. Dia tetap berpandangan bahwa seluruh perjalanan dan isi hidupnya diketahui si Langit. Rupanya langit memang bisa memberikan reaksi dan pelajaran kepada manusia. Pada waktu seorang guru sejati meninggal dunia biasanya langit akan tersenyum menerima kedatangannya. Langit cerah menandakan sukacita dan kegembiraan. Langit mendung mencerminkan kekelaman, sedangkan hujan menandakan langit sedang menangis. Petir menyambar mengingatkan manusia supaya tidak terus menerus berbuat jahat, soalnya suatu hari manusia akan memegang akibat apa yang dia perbuat selama ini. Si mahasiswa telah banyak belajar dari dari langit daripada si dosen. Matahari dan hujan mengajarkan keadilan. Kala bersinar semua manusia dapat menikmati sinarnya,kala hujan turun semua manusia dapat menikmati tetesan air dari langit. Ini menandakan bahwa langit menjadi guru keadilan yang bijaksana tanpa pandang bulu dan pilih kasih. Tentu ini berbeda dari perilaku manusia pada waktu harus membagikan air minum kepada sesama yang membutuhkan. Umumnya air itu akan dibagikan kepada mereka yang dikenalnya saja,sedangkan yang lain tidak mendapat bagian. Begitu juga dengan cahaya lampu listrik. Hanya mereka yang sanggup bayar akan mendapat penerangan listrik, sedangkan mereka yang tak sanggup membayar biasanya tidak akan mendapat aliran listrik. Langit adalah guru kehidupan yang bijaksana sekalipun manusia mengabaikan peran langit. Dia lebih banyak memandang dan diam daripada berbicara. Dia memberikan optimisme dalam kehidupan. Dia hanya sesekali mengelegar atau mengucurkan air ke atas permukaan bumi. Memandang langit berarti memandang kebijaksanaan. Menimba pelajaran dari langit berarti menimba air bersih yang memancar dari sumber pertama. Langit akan selalu menatap setiap derap langkah anak manusia dimanapun dia berada. Yang istimewa adalah langit mempunyai mata yang acapkali dilupakan oleh anak manusia. Kalau manusia sungguh-sungguh sadar bahwa langit mempunyai mata,maka perjalanan dan makna hidup manusia akan berubah dari waktu ke waktu. Langkah pikiran yang bejat disingkirkan dan hidup jahat diperbaiki terus menerus. Mata langit tidak pernah kabur dalam menatap kita manusia,walaupun kita jarang menatap langit,namun setiap saat langit menatap setiap kita manusia. Dari uraian diatas kita dapat bercermin sampai sejauhmana kita dapat mengimplementasikan dan merefleksikan ”Belajar dari Langit”. Demikianlah sampaikan,semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Comments
0 Comments
Facebook Comments by Media Blogger

Tidak ada komentar: